Selasa, 17 Mei 2016

golden age/masa kejayaan islam,, kudu baca antum

A. Masa Keemasan Islam di Spanyol
Kejayaan Islam di Spanyol dimulai pada masa Daulat Bani Umayah II berkuasa, yaitu pada masa Abd al-Rahman al-Dakhil sampai Abdullah ibn Muhammad. Namun, mencapai puncaknya pada periode ketiga, yaitu masa Abdurrahman III dan dua amir berikutnya; Hakam II dan Hisyam II.[1]
Pada waktu itu, umat Islam Spanyol mengalami kemakmuran dan kemajuan di segala bidang, baik politik maupun peradaban, terutama ilmu pengetahuan dan teknologi. Islam Spanyol disebut-sebut mencapai puncak kemajuan dan kejayaan yang menyaingi Daulat Bani Abbasiyah di Baghdad.[2] Bahkan, Islam Spanyol memiliki kemajuan yang sangat mengagumkan dan jauh meninggalkan Eropa.
Spanyol mencapai masa keemasan pada periode ketiga, yaitu antara tahun 912-1013 M. Prestasi-prestasi yang mereka peroleh sangatlah banyak, hingga pengaruhnya sampai ke tanah Eropa hingga dunia, menuju pada kemajuan yang sangat kompleks, terutama kontribusinya pada dunia intelektual. Tak kalah pentingnya juga dalam pembangunan-pembangunan fisik yang sangat megah. Kemajuan intelektualnya terdiri dari hal filsafat, sains, fiqih, musik dan kesenian, bahasa dan sastra, kemegahan pembangunan fisik diantaranya Cordoba dan Granada. Hal ini tak luput dengan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi Islam di Spanyol mengalami masa keemasan.
Pengaruh peradaban Islam di Spanyol diantaranya membawa kemajuan Eropa yang terus berkembang dan sampai saat ini mereka berhutang budi pada khazanah ilmu pengetahuan Islam yang berkembang pada periode klasik.
Kesuburan negeri Spanyol mendatangkan hasil perekonomian yang tinggi, dan akhirnya melahirkan banyak pemikir. Masyarakat Islam Spanyol mendatangkan masyarakat yang majemuk yang terdiri atas komunitas Arab, bagian utara maupun selatan. Al-Muwalladun yaitu orang-orang Spanyol yang masuk Islam, Barbar yaitu orang Islam yang berasal dari Afrika Utara, al-Shaqalibah yaitu penduduk daerah antara Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada penguasa Islam untuk dijadikan tentara bayaran, Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya Arab, dan Kristen yang masih menentang Islam. Kecuali komunitas yang terakhir, memberikan saham intelektual yang melahirkan Kebangkitan Ilmiah, sastra, dan kemegahan pembangunan fisik di Spanyol.
Setelah runtuhnya Daulat Bani Umayah II, tonggak perjuangan berada di zaman Muluk-al-Thawaif, Daulah Murabbitin, Muwahidin, kemudian terakhir Bani Ahmar. Saat itu, pembangunan peradaban Islam tidak menentu arahnya karena kondisi politik Spanyol yang diselang-seling antara masa kekacauan dan kestabilan. Ketika umat Islam stabil, umat Islam dapat membangun peradabannya. Namun, ketika terjadi kekacauan, peradabannya mengalami stagnasi bahkan sampai kepada kemunduran.[3]

B. Kemajuan-kemajuan yang dicapai Islam di Spanyol
Kemajuan-kemajuan yang dicapai Islam di Spanyol pada masa itu adalah:
1.      Kemajuan Intelektual
a.      Filsafat
Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12. Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M selama pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad ibn Abdurrahman (832-886 M). [4]
Atas inisiatif al-Hakam (961-976 M), karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor dari Timur dalam jumlah besar, sehingga Cordova dengan perpustakaan dan universitas-universitasnya mampu menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di dunia Islam. Apa yang dilakukan oleh para pemimpin dinasti Bani Umayyah di Spanyol ini merupakan persiapan untuk melahirkan filosof-filosof besar pada masa sesudahnya.
Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad ibn al-Sayigh yang lebih dikenal dengan Ibn Bajjah. Dilahirkan di Saragosa, ia pindah ke Sevilla dan Granada. Meninggal karena keracunan di Fez tahun 1138 M dalam usia yang masih muda. Seperti al-Farabi dan Ibn Sina di Timur, masalah yang dikemukakannya bersifat etis dan eskatologis. Magnum opusnya adalah Tadbir al-Mutawahhid.
Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asy, sebuah dusun kecil di sebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut tahun 1185 M. Ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya yang sangat terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan.
Bagian akhir abad ke-12 M menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Ibn Rusyd dari Cordova. Ia lahir tahun 1126 M dan meninggal tahun 1198 M. Ciri khasnya adalah kecermatan dalam menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan kehati-hatian dalam menggeluti masalah-masalah menahun tentang keserasian filsafat dan agama. Dia juga ahli fiqh dengan karyanya Bidayah al-Mujtahid.
Diantara tokoh-tokoh lain filsafat pada waktu itu adalah:
1)      Ibn Masarrah sebagai perintis filsafat di Spanyol.
2)      Solomon Ben Gabirol (Avicebrol) adalah guru besar pertama aliran neo-Platonis.[5] Karya utamanya adalah Yanbu’ al-Hayah (Sumber Kehidupan).
3)      Abu Bakr ibn Thufail banyak menulis masalah kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya yang sangat terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan.
4)      Ibnu Rusyd (Averoes), seorang filosof muslim terbesar (dinilai dari pengaruhnya terhadap dunia barat), astronom Spanyol-Arab, dokter, faqih, dan komentator Aristoteles. Karyanya yang terkenal dalam filsafat adalah Tahafut al-Tahafut dan Bidayah al-Mujtahid dalam ilmu fikih serta al-Kulliyat fi Al-Tibb dalam bidang kedokteran.

b.      Sains
Ilmu-ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia dan lain-lain juga berkembang dengan baik. Abbas ibn Famas termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ialah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahmad ibn Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umm al-Hasan bint Abi Ja'far dan saudara perempuan al-Hafidz adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita.
Diantara tokoh-tokohnya adalah:
1)      Abu Al-Zahrawi, seorang tabib dan ahli bedah serta penemu teknik pengobatan patah tulang dengan Gyps.[6]
2)      Abbas ibn Farnas, termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Dialah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu.
3)      Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash, terkenal dalam ilmu astronomi. Dia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya, serta berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang.
4)      Ahmad ibn Ibas, ahli dalam bidang obat-obatan. Beliau berasal dari Cordova.
5)      Umm al-Hasan binti Abi Ja’far dan saudara perempuan al-Hafidz adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita.
6)      Ibn al-Khotib dan Ibn Khotima menulis buku tentang penyakit menular.
7)      Ibn al-Baytar terkenal dalam ilmu botani dan farmasi. Dia mengarang buku yang membahas tentang 1400 macam tanaman.
Bahkan, penulis The Legacy of Islam (Oxford: Clerendon Press, 1931), Barron Carra de Vaux yang tidak mengagumi Arab dalam bukunya William Montgomery Watt, menyebutkan[7]:
“Arab sesungguhnya telah mencapai sesuatu yang sangat besar dalam ilmu pengetahuan, mereka mengajarkan penggunaan angka (angka hitungan arab), walaupun mereka tidak menemukannya, dan juga menjadi pendiri Aritmatika dalam kehidupan sehari-hari. Mereka membuat Aljabar, sebuah ilmu eksakta dan membangun serta memperluasnya, meletakkan dasar analisa geometry. Mereka tidak dapat disangkal merupakan pendiri pesawat dan trigonometri berbentuk bola, dan selanjutnya mendiskusikannya, dan ini tidak ada dalam kebudayaan Yunani.”

c.       Sejarah dan Geografi
1)      Ibnu Jubair dari Valencia (1145-1228 M) menulis tentang negeri-negeri muslim Mediterania dan Sicilia.
2)      Ibnu Bathuthah (1304-1377 M) dari Tangier mencapai Samudra Pasai dan Cina, Ibn al-Khatib menyusun riwayat Granada.[8]
3)      Ibn Khaldun dari Tunis yang terkenal dengan karyanya Muqaddimah yang merupakan bagian pertama dari kitab Al-‘Ibar Wadiwan al-Mubtada’ Wa al-Khabar Fi Ayyam al-Arab Wa al-‘Ajam Wa al-Bar-bar adalah perumus filsafat sejarah.[9]
4)      Andalus ibn Hayyan sebagai sejarawan pertama.[10]

d.      Fikih
Dalam bidang fikih, Spanyol Islam dikenal penganut madzhab Maliki. Ziyad ibn Abd al-Rahman yang memperkenalkan madzhab ini di sana dan selanjutnya ditentukan  oleh Ibn Yahya yang menjadi qadhi pada masa Hisyam ibn Abd al-Rahman.
Ahli-ahli fikih lainnya di antaranya adalah Abu Bakr ibn al-Quthiyah, Munzir ibn Sa’id al-Baluthi dan Ibn Hazm. Telah diriwayatkan dari Abu Rafi’, bahwa Ibn Hazm mempunyai karya yang sangat banyak yakni mencapai hampir 80.000 lembar.[11]

e.       Musik dan Kesenian
Al-Hasan ibn Nafi’ yang dijuluki dengan Zaryab adalah tokoh yang membawa kecemerlangan Spanyol dalam bidang musik dan seni suara. Ia juga terkenal sebagai penggubah lagu. Setiap kali diselenggarkan pertemuan dan jamuan, Zaryab selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. Ilmu yang dimiliknya itu diturunkan kepada anak-anaknya baik pria maupun wanita, dan juga kepada budak-budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas.

f.       Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi ratu bahasa di Spanyol. Bahasa tersebut dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non-Islam. Pasalnya, bahasa tersebut mampu menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol.
Bahkan, penduduk asli Spanyol menomorduakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa. Mereka itu antara lain:
1)      Ibn Sayidih
2)      Ibn Malik (pengarang Alfiyah)
3)      Ibn Khuruf
4)      Ibn Al-Hajj
5)      Abu Ali al-Isybili
6)      Abu al-Hasan ibn Usfur
7)      Abu Hayyan al-Gharnathi.
Seiring dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra banyak bermunculan, seperti; Al-‘Iqd al-Farid karya Ibn Abd Rabbih, al-Dzakhirah fi Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam, Kitab al-Qalaid buah karya al-Fath ibn Khaqan.

2.      Kemajuan Pembangunan
a.      Bidang Pembangunan Fisik
Adapun pembangunan dalam bidang fisik yang telah dicapai adalah:
1)      Cordova
Ibu kota Spanyol sebelum Islam yang kemudian diambil alih oleh Bani Umayah ini dibangun dan diperindah. Jembatan besar dibangun di atas sungai yang mengalir di tengah kota. Taman-taman dibangun dan dihiasi dengan pohon-pohon dan bunga-bunga yang diimpor dari Timur.
Cordova, di zaman pemerintahan Abdur Rahman III (khalifah ketiga Kerajaan Umayyah di Barat), adalah ibukota Andalusia. Di malam hari, kota ini diterangi dengan lampu-lampu terang untuk memudahkan orang-orang berjalan malam. Bukan hanya di dalam kota, tetapi juga jalan di luar kota diterangi dengan lampu sejauh 16 kilometer. Lorong-lorong sudah dikeraskan dengan koral, jalanan dibebaskan dari sampah dan kekotoran, terdapat pula taman-taman yang indah di mana para pendatang dapat santai beristirahat sebelum kembali ke rumahnya. Berpenduduk lebih dari satu juta jiwa (empat kali lebih banyak daripada penduduk kota terbesar di belahan Eropa). Di kota ini terdapat 900 kamar mandi umum, 283.000 rumah tinggal, 80.000 buah gedung, dan 600 buah masjid, dengan luasnya 8 fasakh (30.000 yard atau lebih kurang 27 km). Semua penduduknya terpelajar. Di belahan Timur kota itu saja terdapat 170 orang wanita yang berprofesi sebagai penulis kitab suci al-Qur’an dengan huruf kufi yang indah. Ada 80 buah sekolah tempat anak-anak fakir miskin belajar secara gratis, dan tersedia 50 buah rumah sakit. Masjid Cordova dari dulu hingga sekarang terkenal dengan seni arsitekturnya yang sangat indah. Menara (tempat adzan) berketinggian 40 yard dengan kubahnya yang terdiri di atas tiang kayu berukir. Tiang-tiangnya yang berjumlah 1093 buah itu terdapat dari batu marmer yang berwarna-warni seperti warna papan catur, dan dari tiang-tiang itu tersusun 19 bumbungan arah memanjang dan 38 bumbungan arah melebar. Di malam hari, masjid ini diterangi oleh 4700 buah lampu yang menghabiskan 24.000 pon (lebih kurang 11 ton) minyak per tahun. Di bagian Selatan terdapat 19 buah pintu masing-masing bercelupkan dan bertatahkan perunggu yang sangat bagus, kecuali pintu tengah bertatahkan emas. Di bagian Timur dan Barat juga terdapat 19 buah pintu sejenis itu. Adapun mihrabnya cukuplah dilukiskan dengan kata-kata oleh seorang sejarawan Barat: “Mihrab itu merupakan yang terindah bagi semua mata manusia. Saya tidak pernah melihat hiasan seindah itu, baik dari peninggalan-peninggalan zaman kuno maupun zaman modern”.
Di sekitar ibu kota berdiri istana-istana yang megah yang semakin mempercantik pemandangan. Seperti, istana Az-Zahra yang dibangun pada masa Abdurrahman III atas usulan istrinya yang bernama Az-Zahra dengan mendatangkan tiga orang arsitek.[12]
Khusus kota-kota Islam ada tempat-tempat pemandian sehingga disana ada sekitar 900 pemandian. Karena air sungai tidak dapat diminum, penguasa muslim mendirikan saluran air dari pegunungan yang panjangnya 80 Km.[13]
Perpustakaan besar yang dibangun pada masa Abd al-Rahman III dan anaknya ‘Hakam II’ pun ada di sana. Bahkan, menjadi perpustakaan terbesar di Eropa pada waktu itu dengan katalog yang mencapai 44 jilid.[14] Atas inisisatif Hakam II pula, karya-karya ilmiah diimpor dari Timur dalam jumlah besar, sehingga Cordova dengan perpustakaan dan universitas-universitasnya mampu menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di dunia Islam.[15]
Hal ini perah diungkapkan oleh seorang ahli sejarah berkebangsaan Turki, Zia Pasha, sebagai mu’jizat zaman yang belum pernah tergambar dalam benak pembangunan yang manapun sejak dunia ini ada, dan belum pernah terbetik dalam akal segala insinyur sejak akal itu diciptakan.

2)      Granada
Granada adalah tempat pertahanan terakhir ummat Islam di Spanyol. Di sana berkumpul sisa-sisa kekuatan Arab dan pemikir Islam. Posisi Cordova diambil alih oleh Granada di masa-masa akhir kekuasaan Islam di Spanyol. Arsitektur-arsitektur bangunannya terkenal di seluruh Eropa.
Di sana lah terdapat istana al-Hamra yang indah dan megah yang dibangun atas perintah Sultan Nasriyyah mulai tahun 1246 M.[16] Dari dulu hingga sekarang setiap orang yang mengunjunginya pastilah kagum. Terletak di dataran tinggi di bilangan pegunungan Granada pada suatu padang yang sangat luas dan subur, sehingga nampak sebagai istana yang terindah di dunia. Istana al-Hamra mempunyai ruangan-ruangan besar. Ada yang disebut ruangan hitam (karena terdiri dari marmer berwarna hitam), ada ruangan dua sejoli, yang satunya berwarna putih dan yang lainnya berwarna hitam, ada ruangan pengadilan, dan ruangan untuk menerima tamu dan duta-duta asing.
Di samping itu, di kota-kota lain juga terdapat pembangunan fisik. Diantaranya: Istana Ja’fariyyah di Saragosa, tembok di Toledo, dan masjid megah di Seville.
3)      Isabella
Di kota ini terdapat 6000 orang tukang tenun kain sutra, di segenap penjuru dikelilingi pohon zaitun, oleh sebab mana terdapat 100.000 tempat produksi minyak zaitun.
Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa Spanyol Islam merupakan negeri yang sudah maju. Di setiap kota dikenal dengan bermacam-macam hasil produksinya yang menjadi konsumsi bagi dunia Eropa. Andalusia dikenal dengan industri baju besi, topi baja, senjata dan besi baja dipasarkan di seluruh negeri di dunia Eropa.

b.      Bidang Perdagangan:
1)      membangun jalan-jalan.
2)      membangun pasar-pasar.

c.       Bidang Pertanian:
1)      Memperkenalkan sistem irigasi kepada masyarakat Spanyol.
2)      Orang-orang Arab mendirikan dam-dam untuk mengecek curah air, waduk untuk konservasi (penyimpanan air), kanal-kanal, saluran sekunder, tersier dan jembatan-jembatan air sehingga tempat-tempat yang tinggi juga mendapat jatah air. Serta memperkenalkan pengaturan hidrolik yang dibangun dengan memperkenalkan roda air (Inggris:water wheel, Persia:na’urah, Spanyol:Noria) untuk irigasi.
3)      Orang-orang Islam memperkenalkan pertanian padi, perkebunan jeruk, kebun-kebun, dan tanaman-tanaman.

d.      Bidang Industri:
1)      tekstil,
2)      kayu,
3)      kulit,
4)      logam,dan industri barang-barang tembikar.
C. Faktor Pendukung Islam Mencapai Kemajuannya di Spanyol
Spanyol Islam, kemajuannya sangat ditentukan oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa, yang mampu mempersatukan kekuatan-kekuatan umat Islam, seperti Abdurrahman al-Dakhil, Abdurrahman al-Wasith dan Abdurrahman al-Nashir.
Keberhasilan politik pemimpin-pemimpin tersebut ditunjang oleh kebijaksanaan penguasa-penguasa lainnya yang memelopori kegiatan-kegiatan ilmiah yang terpenting diantara penguasa dinasti Umayyah di Spanyol dalam hal ini adalah Muhammad ibn Abdurrahman (852-886) dan al-Hakam II al-Muntashir (961-976).
Toleransi beragama ditegakkan oleh para penguasa terhadap penganut agama Kristen dan Yahudi, sehingga mereka ikut berpartisipasi mewujudkan peradaban Arab Islam di Spanyol. Untuk orang-orang Kristen, sebagaimana juga orang-orang Yahudi, disediakan hakim khusus yang menangani masalah sesuai dengan ajaran agama mereka masing-masing.
Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk, terdiri dari berbagai komunitas, baik agama maupun bangsa. Dengan ditegakkannya toleransi beragama, komunitas-komunitas itu dapat bekerja sama dan menyumbangkan kelebihannya masing-masing.
Meskipun ada persaingan yang sengit antara Abbasiyah di Baghdad dan Umayyah di Spanyol, hubungan budaya dari Timur dan Barat tidak selalu berupa peperangan. Sejak abad ke-11 M dan seterusnya, banyak sarjana mengadakan perjalanan dari ujung barat wilayah Islam ke ujung timur, sambil membawa buku-buku dan gagasan-gagasan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun umat Islam terpecah dalam beberapa kesatuan politik, terdapat apa yang disebut kesatuan budaya dunia Islam.
Perpecahan politik pada masa Muluk al-Thawa'if dan sesudahnya tidak menyebabkan mundurnya peradaban. Masa itu, bahkan merupakan puncak kemajuan ilmu pengetahuan, kesenian, dan kebudayaan Spanyol Islam. Setiap dinasti (raja) di Malaga, Toledo, Sevilla, Granada, dan lain-lain berusaha menyaingi Cordova. Kalau sebelumnya Cordova merupakan satu-satunya pusat ilmu dan peradaban Islam di Spanyol, Muluk al-Thawa'if berhasil mendirikan pusat-pusat peradaban baru yang diantaranya justru lebih maju.
Sehingga dapat disimpulkan faktor-faktor yang mendukung masyarakat Spanyol untuk mencapai kemajuan-kemajuannya adalah:
1.      Heterogenitas masyarakat Spanyol yang terdiri dari komunitas Arab, al-Muwalladun, Barbar, al-Shaqalibah, Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya Arab dan Kristen yang masih menentang kehadiran Islam. Semua komunitas itu, kecuali yang terakhir, memberikan saham intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya Spanyol yang melahirkan kebangkitan ilmu pengetahuan dan peradaban di Spanyol.[17]
2.      Adanya semangat kesatuan budaya Islam yang timbul pada pemikiran para ulama.
3.      Adanya toleransi beragama yang tinggi dalam masyarakat Spanyol.
4.      Persaingan antara Muluk at-Thawaif  yang ingin menandingi Cordova dalam hal kemajuan ilmu pengetahuan, sastra, seni, dan kebudayaan.
5.      Adanya penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa. Diantaranya; Abdurrahman I, Abdurrahman II, Abdurrahman III dan Hakam.
Selain dari beberapa faktor di atas, pemerintah juga memberikan subsidi yang banyak terhadap pendidikan. Hal ini terlihat dari murahnya buku-buku bacaan, penghargaan tinggi yang  diberikan kepada penulis atau penerjemah buku berupa emas murni seberat buku yang diterjemahknanya. Tidak hanya itu, pemerintah juga memberikan subsidi untuk makanan pokok sehingga harganya relatif terjangkau bagi masyarakat dan pelajar.[18]


[1] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2003), cet. XV, h. 95-96
[2] Ibid., h. 96
[3] Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, (Jakarta:Kencana, 2003), cet.I, h. 129
[4] Badri Yatim, op.cit., h. 101
[5] Philip K. Hitti, History of The Arabics, (Jakarta:Serambi Ilmu Semesta, 2010), h. 740
[6] Azyumardi Azra, Historiografi Islam Kontemporer, ( Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 2002), cet.I, h. 365
[7] William Montgomery, Butir-Butir Hikmah Sejarah Islam, (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2000), h.133-134
[8] Badri Yatim, op.cit., h. 102
[9] Philip K. Hitti, op.cit., h. 723
[10] Musyrifah Sunanto, op.cit., h. 130
[11] Syaikh Ahmad Farid, 60 Biografi Ulama Salaf, (Jakarta:Pustaka Al-Kautsar, 2009), h. 674
[12] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta:Amzah, 2009), cet.I, h. 293-294
[13] Badri Yatim, op.cit., h. 105
[14] Musyrifah Sunanto, op.cit., h. 128-129
[15] Badri Yatim, op.cit., h. 101
[16] Musyrifah Sunanto, op.cit., hlm. 130
[17] Badri Yatim, op.cit., h. 100-101
[18] Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, ( Jakarta:Kencana, 2009), cet.III, h. 101

0 komentar:

Posting Komentar